Selamat datang di Balai Belajar Masyarakat....

Balai Belajar Masyarakat (BBM) mengajak belajar dan terus belajar.

Senin, 03 Oktober 2011

Berpikir Positif dan Kesehatan Jasmani dan Rohani

Oleh : Muhadzib Al Muwafiq

Pada dasarnya berfikir secara jernih dan bersih akan dapat membawa pada pola kehidupan seseorang yang tenang dan lurus serta langkah hidup yang dijalaninya akan terasa indah dan penuh kabahagiaan. Sebaliknya seseorang yang dalam hidupnya selalu berfikir negative, maka dalam kehidupan sehari-hari akan mengalami kehidupan yang nervous, penuh kebimbangan, mudah putus asa, dan menjalani kehidupan dengan perasaan tidak pasti.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hidup seseorang adalah hasil dari bagaimana dia berfikir (saya berfikir, maka saya hidup). Seseorang tidak akan mengalami kehidupan yang indah dan damai bila dalam kehidupan sehari-hari di dalam kepalanya di isi dengan fikiran-fikiran yang tidak sehat (fikiran sedih dan susah), dan sebaliknya dengan berfikir secara sehat maka kehidupan seseorang akan sehat pula.

Sebagai illustrasi dari keterkaitan antara pola berfikir positif dengan kesahatan fisik dan rohani sesorang: Kadang kita merasa heran ketika melihat beberapa orang yang terkena penyakit kronis, dapat sembuh di tangan para kahin (dukun) yang bodoh dan pembohong. Padahal yang sebenarnya terjadi mereka dapat sembuh karena faktor psikis mereka. Peran dukun tersebut, sebatas memberikan keyakinan pada pasien dengan sarana-sarana yang mereka miliki (dupa, bunga, jampi-jampi) dan resep palsu, dan karena pasien tersebut meyakini bahwa penyakit yang dia derita akan benar-benar sembuh oleh ramuan palsu dan jampi-jampi yan diberikan dukun tersebut, sehingga terjadilah penyembuhan.

Kasus lain, pada suatu saat ada seorang pasien yang akan menjalani pemeriksaan kesehatan di sebuah rumah sakit. Dari hasil diagnosa dokter dia dinyatakan terkena kanker pada rahimnya. Awalnya, pasien tersebut berangkat dari rumah menuju rumah sakit dalam keadaan baik dan bisa berjalan kaki. Dan saat itu pasien tersebut sama sekali tidak merasakan sakit sedikitpun, namun ketika mengetahui hasil diagnosa dokter bahwa dirinya terkena kanker pada rahimnya, pasien tersebut langsung terjatuh dan pingsan, dan ketika ia kembali sadar, sama sekali pasien tersebut lunglai dan tidak bisa berjalan. Pasien tersebut pulang ke rumah dengan diangkut kendaraan, dan sesampainya di rumah terbaring dan merasakan sakit yang luar biasa pada rahimnya.

Setelah itu, dokter datang dan meminta pasienya mendiagnosa kembali secara klinis. Dokter tersebut meminta pasiennya untuk diagnosa ulang pada rumah sakit yang lebih lengkap sarana dan prasarananya. Ketika di periksa ternya ta pemeriksaan pertama dinyatakan salah dan pasien tersebut sama sekali tidak sakit dan tidak mengalami gangguan klinis apapun. Maka seketika itu pula pasien tersebut merasa telah sembuh dari sakitnya dan bisa berjalan kembali. Pada dasarnya, apa yang difikirkan seseorang mengenai diri sendiri, dan apa yang akan dilakukanya memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan fisik dan rohani seseorang.

Segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam fikirannya (James Allen dalam Adil Fathi Abdullah, 2008). Dalam kehidupannya, manusia adalah makhluq yang berfikir. Dengan demikian bagaimana seseorang tersebut hidup didasarkan pada bagaimana dia berfikir. Kadangkala manusia hidup dalam keadaan yang serba kecukupan (sacara lahir dan bathin), jabatan yang prestisius, rumah mewah, mobil banyak, uang berlimpah, dan anak-anak yang telah berhasil dalam pendidikan dan kariernya. Tetapi pada saat itu pula seseorang dalam kondisi ketakutan yang luar biasa, tentang harta bendanya yang akan ludes, jabatannya yang mungkin akan digantikan oleh orang lain, atau anak-anaknya yang suatu saat akan meninggalkannya. Pemikiran seperti ini, pada dasarnya berdampak negative terhadap kehidupannya sendiri. 
Pada hal dengan kondisi kehidupannya yang serba kecukupan tersebut seharusnya membuat kehidupan seseorang menjadi bahagia dibandingkan dengan orang lain yang serba kekurangan.

Tidak ada yang melarang seseorang untuk hidup kaya (cukup secara material), akan tetapi pencarian terhadap kepuasan yang bersifat material tersebut tidaklah selamanya akan tercapai (sukses dan terpuaskan), dan kegagalan pencapaian kepuasan material tersebut seharusnya tidaklah membuat seseorang menjadi kecewa, putus asa dan bersedih hati. Dalam kondisi seperti ini, seseorang seharusnya sadar dan kemudian meluruskan jalan fikiranya yang salah. Dalam sisi lain ada juga dimana kehidupan seseorang dalam kondisi serba kekurangan, makan seadanya, mau bekerja naik sepeda onthel, rumah kalau hujan kebocoran, dan penghasilan juga sedikit (gali lobang tutup lobang), tetapi meskipun demikian orang tersebut diliputi kehidupan yang menyenangkan, hidup dijalani dengan senang hati dan penuh keikhlasan. Sebabnya karena orang tersebut rela dan ikhlas menerima apapun yang telah di dapatnya, tidak benci dengan apa yang terjadi dengan kehidupannya, dan tidak mencemaskan masa depannya.

Seseorang yang terkena cobaan, musibah dan bencana dalam kehidupannya, kemudian ia mampu mengubah cobaan, musibah dan bencana tersebut menjadi sebuah karunia, ia menerimanya sebagai kebaikan (dibalik musibah pasti ada hikmahnya), maka hal ini akan meluruskan fikirannya. Membentuk fikirannya dengan cara yang benar, suatu cara yang memberikannya sebuah kebahagiaan (sikap tawakkal) dan bukan kesedihan yang berlarut-larut tiada ujung (penyesalan).

Seseorang dapat meluruskan fikirannya dengan cara yang positif yang dapat memberikannya kebahagiaan hidup, serta menjadikan seseorang mampu mengatasi nerveus (kecemasan ) dan kesedihan. Dengan demikian seseorang akan menjalani kehidupannya dengan penuh keikhlasan, dengan senang dan rendah hati menerima apa yang telah diterimannya (tawakkal), dengan begitu seseorang akan hidup dengan bahagia dan hatinya diliputi dengan kesenangan meskipun dalam hidup yang serba diliputi masalah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar