Selamat datang di Balai Belajar Masyarakat....

Balai Belajar Masyarakat (BBM) mengajak belajar dan terus belajar.

Rabu, 21 September 2011

Tawuran : Wajah Buram Seorang Pengecut



Tawuran saat ini menjadi gejala yang mewabah di seluruh segi kehidupan manusia Indonesia. Tidak hanya pelajar, mahasiswa antara kelompok masyarakat tertentu mempunyai tradisi tawuran. Bila dianalisa secara ilmu sosiologi dan psikologis masa maka faktor resiko dan penyebabnya sangat rumit dan kompleks. Sehingga tidak mudah bagi siapapun untuk menyelesaikan masalah sosial klasik ini. 

Tetapi bila dicermati pelaku tawuran adalah wajah seorang pengecut dalam menyelesaikan konflik. Pelaku hanya berani bertindak atau berteriak bila dilakukan beramai-ramai. Dalam menyelesaikan konflik dengan pihak lain pelaku tidak melakukan secara cerdas dan dewasa dan jantan.

Seringkali tawuran itu diawali dengan hal sepele. Hal sepele bisa saja karena masalah cewek, saling ejek atau masalah remeh lainnya. Segala sumber tawuran adalah konflik antara kelompok berbeda. Sebenarnya sumber konflik itu diawali oleh konflik individu. Tetapi pelaku konflik tidak dewasa, tidak cerdas dan sangat pengecut dalam menyelesaikan konflik. 
Sehingga begitu perseteruan pribadi itu tidak dapat diselesaikan maka ikut menyeret kelompok atau gang dari individu tersebut. 


Perseteruan itu semakin tersulut ketika melibatkan dua kelompok besar yang mempunyai sejarah berseteru sejak lama. Bila kebersamaan kelompok, harga diri kelompok atau ego kelompok teraniaya meski hanya diawali perseteruan individu salah satu anggotanya sudah menjadi konflik milik kelompok itu. Hal ini akan lebih rentan bila kelompok itu hidup dan beraktifitas secara rutin kontak sosial dalam tempat yang berdampingan.

Teori bahwa pelaku tawuran tidak berpendidikan juga salah. Karena ternyata terdapat beberpa kelompok mahasiswa di Lampung yang saat di wisudapun melakukan tawuran. Hal ini menjukkan bahwa pendidikan tinggi selama 4 tahun di kampus tidak bisa mengubah manusia bergenetik tawuran.

Sikap Pengecut
Seharusnya bila seorang tidak pengecut dan cerdas maka dalam menyelesaikan konflik itu tidak perlu diselesaikan secara kelompok. Bila ada masalah perebutan cewek misalnya maka seharusnya pelaku tadi berkomunikasi atau menyelesaikan secara langsung dengan seteru lainnya. Bila memang tidak bisa diselesaikan secara beradab atau terpelajar maka sebaiknya konflik tersebut diselesaikan secara fisik satu persatu. Secara jantan pelaku konflik itu melakukan perkelahian “man to man”. Bila salah satu kalah harus secara jantan mengakui kekalahannya dan mundur dari konflik itu. Tetapi cara penyelesaian itu sangat tidak beradab dan tidak berpendidikan. Bila perkelahian “man to man” itu tidak dikatakan beradab maka tawuran bisa disebut sangat tidak beradab, pengecut dan tidak jantan.

Biasanya pelaku tawuran tersebut hanya berani berkelompok dan bersikap layaknya seorang pengecut. Hal ini tampak saat terjadi tawuran ke dua kelompok biasanya jarang ada melakukan konflik fisik secara langsung. Biasanya konflik fisik itu hanya jarak jauh saling melempar batu atau kalaupun jarak dekat menggunakan senjata bambu, tali berbeban atau tongkat dengan jarak yang terjaga. Jarang sekali konflik itu dilakukan dengan tangan kosong secara berdekatan.

Biasanya karakteristik pelaku yang pengecut biasanya besar omong, suka menggertak tapi bernyali kecil. Individu seperti ini biasanya di dalam kelompok formal di sekolah atau di kampus posisinya tersisih dan terabaikan. Bisa karena tidak berprestasi, tidak punya kemampuan yang ditonjolkan. Karena sikap dan perilakunya sering diasingkan oleh pacar atau temannya. Bisa juga karena di dalam keluarganya terasingkan karena masalah komunikasi antar keluarga yang tidak berkualitas. Inviduvidu seperti ini biasanya tidak berani bersuara atau menunjukkan perilaku yang dapat dibanggakan dalam kelompok yang formal seperti lingkungan sekolah atau kampus. Kelompok pengecut ini biasanya justru berani omong besar. dan bertindak jagoan dalam kelompoknya sendiri yang eksklusif. Sayangnya individu yang terasing dari lingkungan formal dan keluarga semacam ini justru akan membentuk kelompok yang ekslusif karena di lingkungan formal dan keluaraga dia tidak terlalu dihargai dan tidak ada yang bisa dibanggakan.

Tawuran klasik antara kelompok itu sampai akhir jaman tampaknya tidak akan hilang bila berbagai faktor penyebab yang rumit itu masih terpelihara subur. Tetapi yang pasti secara sosial dan psikologis yang sangat rumit itu pelaku tawuran adalah wajah seorang pengecut, tidak cerdas dan tidak jantan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar