Selamat datang di Balai Belajar Masyarakat....

Balai Belajar Masyarakat (BBM) mengajak belajar dan terus belajar.

Minggu, 11 September 2011

Game Center Perusak Jiwa Anak

Oleh : Matahati



Maraknya pertumbuhan game center disetiap sudut kampung-kampung semakin tidak terkendali, orang dengan mudahnya membuat usaha yang banyak mendatangkan uang tersebut, celakanya lagi mereka tidak lagi memperdulikan dampak negatif dari perkembangan jiwa penggunanya. Boleh dibilang hampir 80% penggunannya adalah anak-anak dan remaja yang berstatus masih pelajar.

Dampak yang ditimbulkan memang tidak langsung terlihat pada saat awal anak / remaja tersebut mulai bermain di game center tersebut.  Dampaknya akan terlihat setelah sang anak / remaja sudah bermain  2 sampai 3 kali, biasanya saat sang anak / remaja tersebut sudah mulai merasakan kecanduan dengan game center tersebut..maka yang terlihat kebiasaan-kebiasaan yang tidak pernah dilakukan sekarang menjadi kebiasaan baru yang akan sering dilakukan oleh sang anak / remaja.

Dari hasil pemantauan dibeberapa game center,  anak-anak berusia mulai dari 7 tahun hingga 12 tahun termasuk yang paling aktif datang ke game center,  pengawasan yang dilakukan oleh orang tua mereka tidak banyak dilakukan pada saat  jam-jam sekolah. Hampir  disetiap game center ada saja anak sekolah yang bermain pada saat jam belajar. Pergaulan di game centerpun terbilang tidak terkontrol, banyak para remaja yang mungkin sudah  tidak lagi memperhatikan kaidah dan norma-norma prilaku sebagai pelajar, mereka merokok sembarangan, dan transaksi narkobapun bisa saja terjadi di tempat ini yang tidak adanya pengawasan.



Kami sempat melakukan wawancara dengan beberapa anak usia sekolah,  mereka rata-rata bermain sampai 4 kali dalam sehari,  berarti waktu mereka bisa dihabiskan hampir satu hari penuh di game center. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah mereka mengaku sangat menikmati bermain game,  dan merekapun tidak lagi memperdulikan waktu belajarnya, untuk mendapatkan uang terkadang mereka mengambil dari jatah uang sekolah,  mengambil tanpa ijin dari orangtuanya dan meminjam dari teman-temannya.   Prilaku ini terbiasa mereka lakukan sejak mengenal dunia game center.

Dan ada kasus terbaru yang terjadi di wilayah Galur-Jakart Pusat, ada seorang anak SD kelas 4 dilaporkan hilang oleh orang tuanya,  menurut informasi yang kami dapat sudah 2 minggu anak tersebut belum pulang, kedua orangtuanya pun membuat pengumuman anak hilang melalui pamflet-pamflet yang ditempel di setiap sudut gang.  Informasi terakhir menurut kedua orang tuanya, anaknya pergi disuruh untuk membeli beras oleh orangtuanya dengan membawa uang untuk membeli beras 5 liter,  semenjak itu sang anak tidak pulang.

Kami persingkat saja laporannya, akhirnya sang anak diketemukan oleh orang tuanya berkat laporan dari seseorang ak yang melihat di sebuah Game center di daerah cempaka putih, rupanya sang anak tidak pulang karena dia keenakan bermain game.

Dari kasus yang diatas baik pengelola maupun warga setempat kurang memperhatikan hal-hal seperti itu, jadi tidak ada pengawasan yang baik, hingga kejadian seperti ini akan semakin banyak terjadi pada anak-anak yang sudah kecanduan game center ini.

Apakah Game center ini harus diberikan pengetatan izin, atau sikap dan kepedulian orang tua, masyarakat yang harus menjadi pengawas bagi anak-anaknya.  Game center merupakan contoh sebuah usaha yang jika tidak diimbangi dengan kepedulian bagi pengelolanya akan lebih banyak mendatangkan mudharatnya ketimbang sisi positifnya bagi dunia anak-anak dan remaja.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar