Selamat datang di Balai Belajar Masyarakat....

Balai Belajar Masyarakat (BBM) mengajak belajar dan terus belajar.

Sabtu, 31 Desember 2011

Syukuri Setiap Detik Waktumu seperti Tahun Baru

Oleh : Tri Hatmoko



Gegap gempita menyambut pergantian tahun makin meriah saja. Momentum itu seolah menjadi maha penting untuk dirayakan. Berbagai keramaian dirancang dan dibuat sesepektakuler mungkin. Gebyar nyala kembang api dan tiupan terompet seolah menjadi iringan yang wajib ada. Setiap orang seolah tak boleh berdiam tanpa acara yang bermakna. Bumbu – bumbu mistis menjadi penyedap pembenaran.

Apakah pergantian tahun memang sepenting itu dan harus disambut dengan kemeriahan yang demikian? Adakah yang memang sungguh berbeda di titik waktu pergantian tahun dengan waktu – waktu lainnya? Mungkinkah ini hanya sepotong waktu yang sengaja dipropagandakan demi keuntungan ekonomi?

Kamis, 08 Desember 2011

Pengaruh Televisi pada Pendidikan Anak


Ada hal yang sangat menggelisahkan saat menyaksikan tayangan-tayangan televisi. Hampir semua stasiun televisi, banyak menayangkan program acara (terutama sinetron) yang mengandung unsur kekerasan (sadisme), pornografi, mistik, dan kemewahan (hedonisme). Tayangan-tayangan tersebut terus berlomba demi rating tanpa memperhatikan dampak bagi pemirsanya. Kegelisahan itu semakin bertambah karena tayangan-tayangan tersebut dengan mudah bisa dikonsumsi oleh anak-anak.

Yayasan Kesejahteraan Indonesia mencatat bahwa rata-rata anak usia sekolah dasar menonton televisi antara 30 sampai 35 jam setiap minggu. Artinya, pada hari-hari biasa, mereka menonton tayangan televisi lebih dari 4 hingga 5 jam dalam sehari. Sementara itu di hari Minggu bisa mencapai 7 hingga 8 jam. Jika rata-rata menonton televisi 4 jam dalam sehari, berarti setahun sekitar 1.400 jam atau 1.800 jam, sampai seorang anak lulus SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya 13.000 jam. Hal ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton televisi dari pada ntuk kegiatan apapun, kecuali tidur.

Jumat, 02 Desember 2011

PERAN AKTIF OTAK DALAM MENJADIKAN ANAK KRITIS,KREATIF DAN PROBLEM SOLVER

Oleh : Atandira Suainingrum


Seiring dengan perkembangan zaman terutama dalam pendidikan saat ini, lembaga pendidikan harus mampu mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, situasi, kondisi, dan kebutuhan peserta didik. Memang kita akui saat ini lembaga-lembaga pendidikan sudah mengembangkan sistem pendidikan yang berorientasi pada bagaimana peserta didik dapat berfikir kreatif dan kritis sehingga mampu menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru. Tidak mudah untuk membangun anak menjadi manusia kritis, kreatif dan problem solver maka diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Mengacu pada Teori hemisphere, yakni teori yang menjelaskan tentang belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Teori belahan otak kanan adalah belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas sedangkan belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika. Otak merupakan organ tubuh manusia yang paling kompleks, akibatnya dalam pengajaran dan pembelajaran kini dapat menggunakan pendekatan dengan cara yang disejajarkan dengan bagaimana otak belajar secara alamiah. Karena kedua belahan otak penting, maka orang memanfaatkan kedua belahan otak ini secara seimbang. Salah satu cara untuk menyeimbangkan cara kerja belahan otak kanan dan belahan otak kiri yaitu kita dapat menggunakan musik dalam melakukan aktifitas berpikir, serta berolahraga secara teratur. Intektual merupakan kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi dan menerapkanya.